Beli saham, hold, dan jual di harga yang tinggi beberapa minggu kemudian. Strategi trading ini seringkali dianggap sebagai strategi trading yang ideal. Saya setuju bahwa buy and hold adalah strategi yang cukup baik, karena saya juga menerapkannya saya bisa menyimpulkan demikian.
Buy and hold saham biasanya juga sering diaplikasikan dala strategi SWING TRADING, di mana swing trading juga sudah pernah saya bahas strategi dan praktik2nya disini: Panduan Simpel & Efektif Memilih Saham Bagus.
Namun yang namanya strategi trading itu nggak ada yang abadi. Maksudnya? Maksudnya adalah semua strategi trading bagus untuk anda aplikasikan, tetapi kondisi market, kondisi suatu saham juga menentukan apakah strategi buy and hold ini efektif atau tidak.
Saya sering mendengar trader saham yang mengatakan:
“Kalau bisa jual saham di harga tinggi, ngapain jual saham terlalu cepat”
“Trading saham itu harus beli saham dan simpan, biar bisa jual di harga tinggi”
Well, nggak ada salahnya juga mengatakan hal ini. Tapi kalau ada trader mengatakan hal tersebut, sekali lagi, kalimat tersebut tidak spesifik, soalnya ada beberapa kondisi yang harus anda perhatikan jika anda mau menerapkan buy and hold.
Menerapkan strategi buy and hold harus mempertimbangkan kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Kondisi market saat itu
Berdasarkan pengalaman trading saya, buy and hold efektif diterapkan pada saat market lagi bullish, atau cenderung bullish, pelaku pasar lagi tidak banyak keluar (sell besar2-an).
Pasca crash market dan pulihnya IHSG, buy and hold juga sangat efektif untuk diterapkan. Sedikit bercerita pengalaman, return terbesar yang saya dapatkan justru ketika IHSG pulih setelah crash market (2008 dan 2015), karena dengan cara hold saham ini, banyak saham2 yang harganya naik drastis dalam kurun waktu tertentu.
Sebaliknya, ketika terjadi crash market, IHSG lagi turun terus, pasar saham lagi dipenuhi sentimen2 negatif, maka strategi buy and hold ini kemungkinan besar tidak akan bisa anda realisasikan.
Karena dalam kondisi tersebut, mayoritas saham akan lebih cepat turun. Kalau saham2 naik sehari-dua hari, umumnya saham bakalan langsung turun lebih banyak di hari2 berikutnya.
Sehingga kalau anda memaksakan menerapkan buy and hold dengan jangka waktu yang lama, kemungkinan besar saham anda akan nyangkut. Artinya, di dalam menerapkan strategi buy and hold, anda juga harus fleksibel, dan melihat kondisi market, jangan menelan mentah2 saran trader atau analis lain.
2. Buy and hold bukan strategi trading terbaik
Strategi buy and hold bukanlah strategi trading terbaik, karena strategi terbaik adalah sesuai dengan preferensi anda sebagai trader, dan strategi ini (seperti yang saya jelaskan), harus disesuaikan juga dengan kondisi market, kondisi saham.
Ini artinya tidak ada salahnya juga jika anda ingin menerapkan strategi trading harian (intraday trading). Saya pernah membahas strategi2nya disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham.
Jika anda merasa cocok dengan strategi trading yang lain, anda merasa lebih cocok membeli dan menjual saham dengan range lebih cepat, go ahead.. Selama anda bisa menerapkan dengan benar dan profit, anda tidak harus memaksakan untuk beli dan hold saham terus-menerus.
3. Tipikal saham
Tidak semua tipikal saham bagus untuk buy and hold.. Yup, mayoritas saham di Bursa Efek banyak diisi saham2 lapis tiga, saham2 tidak likuid seperti GZCO, BWPT, YPAS, HITS dan lain2. Saham2 ini tentu tidak cocok kalau anda terapkan strategi buy and hold karena volatilitasnya yang tinggi.
Pilihlah saham-saham lapis dua atau saham2 LQ45, dan perhatikan momentum yang tepat untuk buy, sehingga anda bisa buy and hold di harga yang tepat. Baca juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon.
Tiga hal maha penting ini harus anda cermati dan analisa dulu kalau anda memutuskan untuk menerapkan strategi buy and hold.. Lihat kondisi market dan tipikal saham. Dan yang terpenting, anda harus melihat apakah buy and hold ini sesuai dengan tipikal anda atau tidak.
Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.