1 Lot akan Berubah Menjadi 20 Lembar Saham

Di pasar saham kita di Bursa Efek Indonesia (BEI), 1 lot saham adalah 100 lembar. Jadi kalau misalkan anda ingin beli saham HRUM di harga 2.500 sebanyak 15 lot, maka jumlah uang yang harus anda keluarkan adalah 2.500 * 15 lot * 100 lembar = Rp3.750.000. Baca juga: 1 Lot Berapa Lembar Saham? 

Saat ini terdapat wacana bahwa 1 lot saham akan diturunkan menjadi 20 lembar atau 50 lembar saham. Hal ini memang masih dalam kajian, tapi ada baiknya kita membahas soal ini, karena hal ini penting untuk trader saham, terutama trader yang masih pemula. Dan kalau aturan ini nantinya benar2 direalisasikan, menurut saya dampaknya akan cukup besar ke pasar saham. 

Apa dampaknya? Dampak positif yang akan kita rasakan secara langsung tentu saja: Pasar saham kita akan menjadi jauh lebih likuid. Sekedar informasi, dulu sebelum 1 lot saham menjadi 100 lembar saham (sebelum 6 Januari 2014), 1 lot saham adalah 500 lembar.

Itu artinya jika menggunakan aturan 1 lot = 500 lembar, jika anda ingin membeli saham HRUM (contoh diatas) di harga 2.500 sebanyak 15 lot, maka uang yang harus anda keluarkan bukan lagi Rp3.750.000, tetapi Rp18.750.000! Berkali-kali lipat lebih besar. 

Penulis ingat benar saat2 1 lot masih 500 lembar, beli saham-saham blue chip seperti ASII saja sulit dapat jumlah lot yang banyak, dan harus benar2 itung-itungan. Padahal saham2 blue chip di saat itu sebenarnya sedang bagus2nya untuk ditradingkan. 

Setelah adanya aturan 1 lot = 100 lembar ini, dampak yang penulis rasakan benar2 terbukti: Pasar saham jadi lebih banyak peminatnya. Saham2 blue chip jadi lebih ramai. Tapi penulis tetap saja masih merasa ada yang kurang. 

Kenapa demikian? Karena Walaupun pasar saham kita sudah lebih likuid, tapi sekarang masih banyak saham di BEI yang kurang likuid, padahal saham tersebut adalah perusahaan2 yang produknya dikenal oleh masyarakat luas. Contohnya anda bisa perhatikan saham Ultrajaya, Mayora, Ace Hardware.. 

Saham-saham ini bid-offernya atau jumlah orang yang mentradingkan masih sangat sedikit. Padahal, produk2nya dikenal masyarakat luas. Jujur saja, penulis sendiri pingin sekali trading di saham2 ini, tapi kalau lihat bid-offernya yang cuma beberapa puluh orang aja, saya beli-nya nggak berani banyak-banyak, karena saya merasa lebih nyaman kalau beli saham yang peminatnya banyak. You know seperti PTBA, BBRI, ASII, BBNI dan lain2.. Saham2 itu kalau anda perhatikan, bid-offernya ribuan.. 

Di sisi lain, saham-saham blue chip yang harganya sudah tinggi seperti GGRM dan UNVR, dengan aturan 1 lot = 100 lembar, maka itu belum cukup menjangkau banyak investor ritel. Jadi wajar saja kalau saham GGRM dan UNVR tidak banyak yang mentradingkan. 

Nah, katakanlah nanti 1 lot akan benar2 berubah jadi 20 lembar, maka dampak positifnya akan sangat besar seperti yang saya katakan tadi: Pasar saham akan jauh lebih likuid. Dan memang ini harapan penulis dari dulu. Kalau semakin banyak orang bisa menjangkau saham, bukan sesatu yang mustahil saham2 yang brand-nya sudah dikenal seperti MYOR, ACES, ULTJ akan lebih likuid, dan anda sebagai trader juga akan punya lebih banyak opsi saham yang bisa ditradingkan. 

Karena banyak pemula di pasar saham yang trading dengan modal Rp1 – 3 juta, maka jika jumlah lembar saham jadi 20 lembar, tentu saja hal ini akan memberikan kesempatan anda untuk belajar saham lebih banyak: Anda punya opsi lebih banyak untuk pilih saham2 blue chip, bukan hanya saham2 murah. Baca juga: Cara Membeli Saham Murah. 

Tetapi dampak negatifnya juga ada. Dampak negatif utamanya adalah saham2 lapis tiga yang harganya dibawah 500, akan benar2 jadi mainan bandar. Bandar akan punya kekuatan yang jauh lebih besar untuk menggoreng sahamnya. 

Nah kalau modal anda kecil, dan nekad terjun di saham2 gorengan, ya risikonya akan sangat besar untuk anda. Namun risiko ini bisa diminimalkan dengan menghindari saham2 lapis tiga, karena sekali lagi, jika hal ini benar2 terealisasi, maka opsi saham kita akan jadi jauh lebih banyak, sehingga trader bisa mengurangi porsi trading di saham gorengan, dan memilih saham2 yang lebih bagus.   

Satu lagi, jika 1 lot diubah jadi 20 atau 50 lembar saham, maka mungkin akan ada banyak trader yang senang. Sama ketika pada saat 2 Mei 2016 BEI mengubah fraksi harga jadi lebih sempit, maka mulai banyak trader saham yang bertanya pada saya dan berencana mulai memborong saham dalam jumlah banyak. Baca juga: Fraksi Harga Baru dan Dampaknya terhadap Pasar Modal

Padahal dengan berubahnya fraksi harga menjadi lebih banyak opsi, efeknya ke IHSG tidak terlalu besar. Bukan berarti saat fraksi harga lebih bagus, IHSG akan jadi naik terus. Demikian juga ketika nantinya 1 lot diubah jadi 20 atau 50 saham, bukan berarti setelah2nya, IHSG akan langsung naik. Efek utamanya adalah pada likuiditas. 

Berkaca dari pengalaman perubahan fraksi harga ini, maka dari itu, anda juga tetap harus trading mengikuti trading plan anda. Terutama untuk anda yang udah punya duit lumayan gede buat trading, katakanlah Rp50 juta, jangan langsung kalap beli saham, karena bagaimanapun juga pertimbangan2 dari trading plan harus anda perhatikan.  

Hmmm.. Tapi ini masih menjadi wacana BEI alias belum terealisasi. Namun cepat atau lama, BEI pasti akan merealisasikan hal ini, karena BEI juga pasti nyadar dengan Program Yuk Nabung Saham ini investor pemula dengan modal kecil semakin banyak, maka BEI pasti akan memberikan kemudahan2, salah satunya dengan menurunkan aturan tentang lot saham ini. 

Pos ini saya tulis sekarang supaya nantinya psikologis anda tetap bisa berjalan, logika trading anda tetap yang utama ketika anda mengetahui anda bisa membeli saham lebih banyak dengan modal yang kecil, sehingga anda tetap bisa menghasilkan profit.  

Katalog produk digital dan jasa freelance indonesia, cek dibawah ini.

Leave a Comment